Kamis, 18 Desember 2014

AIR TANAH

A.  Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat dalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Lapisan yang dapat meloloskan air dengan mudah disebut permeable, seperti lapisan pasir atau kerikil. Lapisan yang tidak mudah meloloskan air disebut impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.

B.   Macam – macam Ekuifer

a.    Akuifer bebas (unconfined aquifer)

Yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada akuifer ini disebut water table(phreatic level), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.

b.    Akuifer tertekan (confined aquifer)
Yaitu akuifer yang seluruh jumlah airnya dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang diatas maupun yang dibawah. Serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar daripada tekanan atmosfer.

c.    Akuifer semi tertekan (semi confined aquifer)
Yaitu akuifer yang tekanan airnya seluruhnya jenuh. Pada bagian atas merupakan lapisan semi lolos air, pada bagian bawahnya dibatasi lapisan kedap air.

d.    Akuifer semi bebas (semi unconfined aquifer)
Yaitu akuifer yang bagian bawahnya merupakan lapisan kedap air, sedangkan atasnya merupakan material berbutir halus sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian akuifer ini merupakan peralihan antara akuifer bebas dan akuifer semi tertekan.


C.   Pengelompokan Air Tanah

Pengelompokan air tanah berdasarkan letak kedalaman :

1.     Air tanah dalam
Air tanah dalam adalah air tanah yang berada dibawah lapisan air tanah dangkal dan diantara dua lapisan impermeable. Air tanah dalam merupakan akuifer bawah yang dimanfaatkan sebagai sumber air minum penduduk kota, perhotelan, perkantoran, dan industri.
Air tanah dalam yang bertekanan besar dapat memancar ke permukaan tanah melalui patahan atau retakan batuan secara alami, sumber air ini disebut air artesis. Apabila tanah digali atau dibor ke dalam mencapai akuifer bertekanan, maka air memancar melalui lubang sumur yang disebut sumur artesis.

2.    Air tanah dangkal
Air tanah dangkal adalah air tanah yang berada  dibawah permukaan tanah dan diatas batuan impermeable. Air tanah dangkal merupakan akuifer atas yang disebut pula air freatis. Air tanah dangkal dimanfaatkan sebagai air untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dengan membuat sumur rumahan.

Pengelompokan air tanah berdasarkan jenisnya :
1.     Meteoric water (vadose water)
Yaitu air tanah yang berasal dari air hujan dan terdapat pada lapisan tanah yang tak jenuh.
2.    Air tanah tubir (connate water)
Yaitu air tanah yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan endapan sejak pengendapan itu terjadi, termasuk juga air yang terperangkap pada rongga-rongga batuan beku leleran sewaktu magma tersembur keluar ke permukaan.
3.    Air fosil (fossil water)
Yaitu air yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan dan tetap tinggal tinggal dalam batuan tersebut sejak penimbunan itu terjadi.
4.    Air magma (juvenile water)
Yaitu air yang berasal dari dalam bumi (dapur magma). Air ini bukan dari atmosfer atau dari permukan air.
5.    Air pelikular/ari (pellicullar water)
Yaitu air yang tersimpan didalam tanah karena tarikan molekul-molekul tanah.
6.    Air freatis (phreatic water)
Yaitu air yang berada pada lapisan kulit bumi yang porous (sarang). Air tanah ini berada diatas lapisan kedap air.
7.    Air artesis (artesian water)
Yaitu air yang berada diantara dua lapisan kedap air (impermeable), sehingga air tersebut dalam keadaan tertekan.

D.  Wilayah Air Tanah
Ada 4 wilayah air tanah yaitu:

1.     Wilayah yang masih terpengaruh udara.
Pada bagian teratas dari permukaan bumi terdapat lapisan tanah yang mengandung air. Karena pengaruh gaya berat (gravitasi), air di wilayah ini akan bebas bergerak ke bawah. Tumbuh-tumbuhan memanfaatkan air pada lapisan ini untuk menopang kelangsungan hidupnya.

2.    Wilayah jenuh air.
Wilayah inilah yang disebut dengan wilayah kedalaman sumur. Kedalaman wilayah ini tergantung pada topografi, jenis tanah dan musim.

3.    Wilayah kapiler udara.
Wilayah ini merupakan peralihan antara wilayah terpengaruh udara dengan wilayah jenuh air. Air tanahnya diperoleh dari proses kapilerisasi (perembesan naik) dari wilayah jenuh air.

4.    Wilayah air dalam.
Wilayah ini berisikan air yang terdapat di bawah tanah/batuan yang tidak tembus air.
E.  Cekungan Air Tanah ( CAT)
Adanya krisis air akibat kerusakan lingkungan, perlu suatu upaya untuk menjaga keberadaan/ketersediaan sumber daya air tanah salah satunya dengan memiliki suatu sistem monitoring penggunaan air tanah yang dapat divisualisasikan dalam data spasial dan atributnya. Dalam undang-undang Sumber Daya Air, daerah aliran air tanah disebut Cekungan Air Tanah (CAT) yang didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti  proses pengimbunan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung.
Menurut Danaryanto, dkk. (2004), CAT di Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua buah yaitu CAT bebas (unconfined aquifer) dan CAT tertekan (confined aquifer). CAT ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan total besarnya potensi masing-masing CAT adalah :
1.     CAT Bebas : Potensi 1.165.971 juta m³/tahun
2.    CAT Tertekan : Potensi 35.325 juta m³/tahun

Elemen CAT adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah, jadi seakan-akan merupakan kebalikan dari air permukaan

F.  Manfaat Air Tanah Bagi Kehidupan


Manfaat air tanah bagi kehidupan, antara lain:

1.      Merupakan bagian yang penting dalam siklus hidrologi,
2.     Menyediakan kebutuhan air bagi hewan dan tumbuh- tumbuhan,
3.     Merupakan persediaan air bersih secara alami,
4.     Untuk keperluan hidup manusia (minum, memasak dan mencuci),
5.     Untuk keperluan industri (industri tekstil dan industri farmasi), dan

6.     Untuk irigasi pada sektor pertanian.

Rabu, 05 November 2014

Proses Terjadinya Pelangi

1     Bagaimana pelangi bisa terjadi?
Proses terjadinya pelangi adalah bermula dari ketika cahaya matahari melewati sebuah tetes hujan yang kemudian dibelokkan atau dibiaskan menuju tengah tetes hujan tersebut, yang memisahkan cahaya putih itu menjadi sebuah warna spektrum. Kemudian, warna-warna yang terpisah ini memantul di belakang tetes hujan dan memisah lebih banyak lagi saat meninggalkannya. Akibatnya, cahaya tampak melengkung menjadi kurva warna yang disebut sebagai pelangi. Cahaya dengan panjang gelombang terpendek seperti ungu, terdapat di bagian kurva dan yang memiliki panjang gelombang terpanjang seperti merah terdapat pada bagian luar.

Pada abad ke-17, ilmuwan inggris, Isaac Newton, (1642 -1727) menemukan bahwa cahaya putih matahari sebenarnya adalah campuran dari cahaya berbagai warna. Dia menyorotkan sedikit sinar matahari melalui sebuah prisma kaca berbentuk segitiga (balok kaca) dalam sebuah ruang gelap. Bentuk prisma tersebut membuat berkas sinarnya membelok dan kemudian memisah menjadi suatu pita cahaya yang lebar. Di dalam pita ini, Newton melihat tujuh warna yang disebut spektrum. Warna-warna ini adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu (sebutan mudahnya "mejikuhibiniu").

Semua cahaya bergerak dalam bentuk gelombang. Panjang gelombang adalah yang menentukan warna cahaya tersebut. Kadang, sebuah pelangi kedua yang lebih redup dapt terlihat di atas pelagi utama karena cahaya telah dipantulkan atau dibiaskan lebih dari sekali di dalam tetes-tetes ai hujan. Warna-warna pelangi kedua ini terbalik, merah di dalam dan ungu diluar. Warnanya tidak pernah secerah pelangi utama karena setiap kali cahaya dipantulkan, ada sedikit cahaya yang hilang.

Pada tahun 1852, ilmuwan Jerman, Ernst Von Brycke, menyatakan bahwa warna biru langit diakibatkan oleh partikel-partikel di atmosfer yang menyebarkan cahaya matahari saat memasuki atmosfer. Kemudian, dua fisikawan Inggris, Lord Rayleigh (1842-1919) dan John Tyndall (1820-1893) mempunyai penjelasan lain. Rayleigh berpendapat bawah bagian biru dari cahaya matahari disebarkan oleh debu dan uap air, tetapi dia salah. Molekul udara sendirilah yang menyebarkan cahaya. Meskipun demikian kita masih menyebut jenis penyeberan ini sebagai efek Tyndall, atau penyebaran Rayleigh, sesuai dengan nama kedua ilmuwan tersebut.

Pelangi dan efek cahaya lain di langit disebabkan oleh cahaya yang membias dan menyimpang menjauhi partikel. Saat Matahari terbenam, langit menjadi merah karena sinar matahari lewat melalui atmosfer yang jauh lebih tebal daripada ketika matahari berada tinggi di langit pada siang hari. Cahaya biru disebarkan diluar jalur cahaya, dan kita melihat panjang gelombang yang lebih merah. 

Sumber Bacaan:

http://smartinyourhand.blogspot.com/2012/04/proses-terjadinya-pelangi-bagaimana.html

Langit pada saat cerah berwarna biru dan pada sore hari berwarna coklat kemerahan

       Mengapa langit pada saat cerah berwarna biru, sedangkan pada sore hari berwarna coklat kemerahan?

       Langit pada saat cerah berwarna biru karena di sebabkan oleh beberapa factor yang mempengaruhi warna langit tersebut di antaranya:
1. ada tidaknya atmosfer ( jika tidak mempunyai atmosfer langit selalu gelap).
2. komposisi zat di atmosfer
3. jenis cahaya dari sumber cahaya
4. keadaan atmosfer

      Bumi memiliki atmosfer, maka dari itu langit di Bumi (pada siang hari) tidak gelap. Zat atmosfer Bumi yang paling dominan adalah nitrogen dan oksigen. Bumi pun disinari dengan cahaya putih dari matahari.
      Cahaya matahari yang berwarna putih ini adalah cahaya polikromatik, yaitu cahaya yang berasal dari gabungan banyak warna cahaya. cahaya polikromatik matahari ini terdiri dari 7 cahaya monokromatik (cahaya tunggal) yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu (Sering disingkat mejikuhibiniu).

       Saat cahaya matahari memasuki atmosfer, cahaya ini akan terdispersi (penguraian cahaya polikromatik menjadi beberapa cahaya monokromatik) menjadi cahaya berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.

       Dari ke semua cahaya monokromatik ini, cahaya yang berfrekuensi tinggi lebih mudah dihamburkan oleh molekul nitrogen dan oksigen yaitu warna cahaya hijau, biru, nila dan ungu dan cahaya tersebut akhirnya masuk ke mata kita. Kejadian ini disebut sebagai penghamburan Rayleigh. Karena mata kita lebih sensitif terhadap cahaya biru daripada hijau, nila dan ungu, maka terlihatlah langit yang berwarna biru.

Apa yang terjadi pada siang hari


Pada siang hari, cahaya matahari melintas dengan jarak yang lebih pendek. Jika kita misalkan cahaya matahari memiliki elemen R-G-B, maka pada saat sinar matahari memasuki atmosfer bumi, maka
cahaya dengan panjang gelombang paling pendek (cahaya biru) akan di sebarkan ke mana-mana,
cahaya hijau yang memiliki panjang gelombang di tengah akan di sebarkan lebih sedikit dari cahaya biru, dan lebih banyak cahaya hijau yang diteruskan ke mata pengamat
cahaya merah yang memiliki gelombang paling panjang akan paling sedikit disebarkan. Jadi sebagian besar akan langsung sampai ke mata pengamat
Perjalanan spektrum di siang hari
Akibatnya apa yang terjadi,
jika pengamat melihat ke matahari, maka yang akan dia lihat adalah dominan R-G maka sesuai dengan gambar roda RGB di atas, gabungan R-G akan menghasilkan warna kuning. Itulah sebabnya lingkaran matahari siang berwarna antara putih kekuningan (karena tetap ada sebagian kecil cahaya biru yang sampai ke mata pengamat).
jika pengamat melihat ke langit, maka tentu saja yang dia lihat adalah mayoritas spektrum biru. Dan warna langitpun akhirnya terlihat biru.

Sedangkan saat sore hari, matahari berada dekat kaki langit, sehingga cahaya matahari harus menempuh jarak yang lebih jauh saat memasuki atmosfer Bumi. Karena hal itu, cahaya berfrekuensi tinggi dihamburkan terus-menurus, sehingga intensitas cahaya tersebut berkurang dan tidak dapat dilihat oleh mata.

Karena menempuh jarak yang panjang, semakin banyak cahaya putih yang dihamburkan cahaya berfrekuensi tingginya, sehingga memberi warna kuning kejinggaan pada matahari. Langit juga berwarna kemerahan karena cahaya tersebut di refleksikan oleh debu di udara dan akhirnya cahaya tersebut masuk ke mata kita. Karena menempuh jarak yang lebih panjang lagi, cahaya kuning dapat terhamburkan.
Apa yang terjadi disore hari
Pada sore hari, cahaya matahari melintas dengan jarak yang jauh lebih panjang. Saking panjangnya,
cahaya dengan panjang gelombang paling pendek (cahaya biru) akan di sebarkan ke mana-mana, dan akan sangat sedikit cahaya biru yang sampai ke pengamat baik jika dia melihat langit ataupun lingkaran matahari
cahaya hijau yang memiliki panjang gelombang di tengah juga akan ikut tersebarkan.
cahaya merah yang memiliki gelombang paling panjang akan paling sedikit disebarkan. Jadi sebagian besar akan langsung sampai ke mata pengamat
Akibatnya apa yang terjadi,
Cahaya yag sampai ke pengamat baik di langit ataupun di lingkaran matahari adalah R dominan dengan G kurang dominan. Kombinasi warna ini memberikan kesan lingkaran matahari berwarna merah dominan ke arah jingga
sementara jika pengamat melihat ke langit cahaya akan lebih dominan ke arah jingga karena intensitas G yang lebih besar dari pada saat pengamat melihat ke  lingkaran matahari.

Sumber Bacaan :


The Dry Valleys di Antartika




The Dry Valleys atau lembah kering adalah sebuah daerah di antartika yang tidak ditutupi oleh lapisan es beku abadi yang pada umumnya menjadi ciri khas daerah antartika. Di lembah ini tidak ada curah hujan lebih dari 2 juta tahun, kecuali salah satu lembah disana, yang mana danaunya sebentar teraliri air di musim panas.  The Dry Valleys tidak mengandung uap air (air, es, atau salju) dan tetapi memiliki tingkat kelembaban yang sangat tinggi.
Penyebab terbentuknya The Dry Valleys adalah karena angin Katabatic dengan kecepatan 200 mil per jam yang segera menguapkan semua air yang ada. The Dry Valleys sangat aneh, kecuali beberapa karang terjal disana, daerah itu adalah satu-satunya daerah di Antartika yang tidak dilingkupi es. Berada pada daerah Trans-Antartica, menghadap pada daerah pegunungan yang mana penguapan (atau sublimasi) disana lebih tinggi daripada turunnya salju menyebabkan seluruh es menghilang, sehingga yang tampak hanyalah dataran gundul yang gersang.
Tapi hingga kini penyebab pastinya fenomena  The Dry Valleys belum ada yang dapat menjelaskan secara pastinya.

Sumber Bacaan :



Kamis, 23 Oktober 2014

Siklus Hidrologi







Siklus Hidrologi (siklus air)
Assalamu'alaikum wr.wb.

Air merupakan salah satu komponen paling penting dalam membentuk sebuah kehidupan. Sejauh ini, Bumi merupakan satu-satunya planet yang memiliki air dan memiliki kehidupan, sementara itu banyak exoplanet lain yang ditemukan juga memiliki air namun tidak diketahui apakah terdapat unsur kehidupan di dalamnya atau tidak.

Fenomena-fenomena yang melibatkan air seperti penguapan, hujan, kabut dan lain- lain seringkali menimbulkan pertanyaan "bagaimana air bisa terus ada di permukaan bumi dan terus menerus menyokong dan mempertahankan kehidupan di muka bumi?". Untuk itu pada postingan kali ini penulis akan membahas tentang siklus hidrologi (siklus air).

Air dapat mengalami penguapan menjadi gas dan gas yang mengandung uap air dapat kembali berubah menjadi air karena adanya tekanan. Macam-macam bentuk perubahan wujud zat telah sama-sama kita pelajari mulai dari bangku SMP, jadi penulis rasa tidaklah perlu untuk kembali dijelaskan. Untuk sekedar membangkitkan memori tentang perubahan wujud zat, perhatikan gambar di bawah:









Sumber: http://arifkristanta.files.wordpress.com/2012/10/perubahan-wujud.png

Siklus hidrologi adalah siklus perputaran air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke permukaan bumi dan kembali lagi ke atmosfer sehingga memungkinkan air akan selalu ada di permukaan bumi untuk terus mendukung kehidupan makhluk-makhluk bumi. Lebih singkatnya, siklus hidrologi adalah rangkaian proses perputaran air dari permukaan bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke permukaan bumi dalam bentuk hujan, salju, embun.

Segala macam sumber air di permukaan bumi mengalami penguapan disebabkan oleh panas matahari. Sumber air tersebut antara lain lautan, sungai, danau, rawa, tumbuhan dan lain-lain. Dalam perjalanannya dari permukaan bumi menuju atmosfer dan kembali lagi ke permukaan bumi, air mengalami berbagai macam perubahan wujud dan bentuk, antara lain menguap, mengembun dan mencair kembali.

Alur siklus hidrologi secara sederhana dimulai dari proses penguapan (evapotranspirasi (evaporasi dan transpirasi)), kemudian terkondensasi dan membentuk awan, kemudian awan terbang dibawa angin dan kemudian turun hujan atau salju (presipitasi). Air hujan sebagian diserap ke dalam tanah (infiltrasi) dan bahkan terus meresap hingga kedalaman tertentu dan mencapai air tanah (perkolasi). Sebagiannya lagi terus mengalir melalui permukaan tanah, sungai, alur hingga kembali ke laut (limpasan/run off (aliran permukaan)). Hal ini menyebabkan jumlah air di permukaan bumi relatif tetap dan tidak berkurang. Hanya saja yang menjadi ancaman adalah tingginya tingkat pencemaran air sehingga berkurangnya jumlah air bersih yang layak pakai. Selain itu, perubahan iklim global menyebabkan distribusi hujan menjadi terganggu dan tidak seimbang.
Agar lebih jelas, simak videonya disini.


















Siklus Hidrologi


Berikut daftar istilah dalam proses hidrologi :
Evaporasi, adalah proses perubahan air dari bentuk cair ke bentuk gas oleh sinar matahari. Sumber air yang diuapkan berasal dari tempat-tempat penampungan air seperti laut, sungai, waduk, irigasi dan saluran-saluran air.
Transpirasi, adalah proses penguapan oleh sinar matahari yang terjadi pada tumbuhan.
Evapotranspirasi, merupakan gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi yang sama-sama merupan proses penguapan.
Kondensasi, merupakan perubahan bentuk dari uap air menjadi titik-titik air sebagai reaksi pendinginan.
Presipitasi, merupakan segala bentuk curahan air baik berupa hujan, salju, embun, hujan es, dan lain-lain.
Infiltrasi, adalah proses masuknya air ke dalam pori-pori tanah.
Perkolasi, adalah proses penyerapan air hingga kedalaman tertentu dan mencapai air tanah.
Limpasan (run off), adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah, baik melalui parit atau saluran- saluran, sungai, hingga menuju ke laut.
Macam-macam siklus hidrologi




Siklus Pendek / Siklus Kecil

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari

2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan

3. Turun hujan di permukaan laut.

 

Siklus Sedang


1.Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2.Terjadi kondensasi
3.Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
4.Pembentukan awan
5.Turun hujan di permukaan daratan
6.Air mengalir di sungai menuju laut kembali.




Siklus Panjang / Siklus Besar



1.Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2.Uap air mengalami sublimasi
3.Pembentukan awan yang mengandung kristal es
4.Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
5.Pembentukan awan
6.Turun salju
7.Pembentukan gletser
8.Gletser mencair membentuk aliran sungai
9.Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut.

Sabtu, 04 Oktober 2014

TEKTONISME


TEKTONISME

By: Supriyadi


Tektonisme adalah proses yang terjadi akibat pergerakan, pengangkatan, lipatan dan patahan pada struktur tanah di suatu daerah. Yang di maksud lipatan adalah bentuk muka bumi hasil gerakan tekanan secara horizontal yang menyebabkan lapisan permukaan bumi menjadi berkerut dan melipat. Patahan adalah permukaan bumi hasil dari gerakan tekanan horizontal dan tekanan vertikal yang menyebabkan lapisan bumi menjadi retak dan patah. Ada dua jenis tektonisme, yaitu Epirogenesa dan Orogenesa. Epirogenesa adalah proses perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga lambat dari dalam bumi dengan arah vertikal, baik ke atas maupun ke bawah melewati daerah luas. Ada dua Epirogenesa:

Epirogenesa positif, yaitu gerakan yang mengakibatkan turunnya lapisan kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat naik.

Epirogenesa negatif, yaitu gerakan yang mengakibatkan naiknya lapisan kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat turun.

Orogenesa adalah pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat dan meliputi wilayah yang sempit. Tektonik Orogenesa biasanya disertai proses pelengkungan (Warping, lipatan (Folding, patahan (Faulting) dan retakan (Jointing). Serta salah satu contoh hasil Orogenesa adalah deretan Pegunungan Mediterania.

Mengenali Tektonisme dan Dampaknya

Salah satu pembentuk raut muka Bumi adalah aktivitas tektonisme yang terjadi karena adanya tenaga dari dalam Bumi. Tektonisme akan mengubah bentuk muka Bumi menjadi naik atau turun. Adanya patahan, lipatan, dan retakan pada kulit Bumi menjadi bukti adanya gerakan tektonisme. Pegunungan merupakan salah satu bentang alam yang dibentuk oleh aktivitas ini. Pegunungan merupakan rangkaian gunung yang terbentuk akibat kerak Bumi (litosfer) mengalami pelipatan atau patahan. Contoh pegunungan di Indonesia yaitu: Pegunungan Bukit Barisan (Sumatra), Pegunungan Seribu (Jawa), dan Pegunungan Verbeek (Sulawesi). Lipatan dan patahan merupakan gerak orogenesa yang termasuk dalam jenis proses diastropisme. Masih ingat bukan, apa yang dimaksud proses diastropisme? Gerakan diastropisme menyebabkan kerak Bumi retak, terlipat, bahkan patah. Gerakan ini dibedakan menjadi dua, yaitu gerak epirogenetik dan orogenetik.

a. Gerak Epirogenetik

Gerakan ini akan mengubah bentuk muka Bumi dalam waktu yang sangat lambat hingga membutuhkan waktu lama. Efek gerakan ini meliputi wilayah yang sangat luas. Gerakan ini masih dibedakan lagi menjadi gerak epirogenetik positif dan epirogenetik negatif. Fenomena epirogenetik positif pernah terjadi di Kepulauan Maluku dan Banda. Sedangkan fenomena epirogenetik negatif pernah terjadi di Pulau Buton dan Timor.

b. Gerak Orogenetik

Berkebalikan dengan gerak epirogenetik, gerak orogenetik berlangsung singkat dan meliputi wilayah yang sempit. Gerak ini berpengaruh besar terhadap terbentuknya pegunungan, patahan, retakan, dan lipatan.

1) Lipatan

Terjadinya lipatan disebabkan oleh gerakan dari dalam Bumi akibat tekanan yang besar dan temperatur yang tinggi, sehingga menjadikan sifat batuan menjadi cair liat atau plastis. Keplastisannya ini membuat batuan tersebut akan terlipat apabila ada dorongan tenaga tektonik. Lipatan lapisan Bumi ini akan membentuk pegunungan, yang punggungnya disebut antiklinal dan wilayah lembahnya disebut sinklinal. Perbedaan tingkat keplastisan dan kekuatan tenaga tektonik menjadikan batuan terlipat dengan berbagai bentuk.

a) Lipatan Tegak

Dihasilkan dari kekuatan yang sama yang mendorong dua sisi dengan seimbang.

b) Lipatan Miring

Ketika kekuatan tenaga pendorong di salah satunya sisi lebih kuat, maka akan menghasilkan kenampakan yang salah satu sisinya lebih curam.

c) Overfold

Saat tekanan bekerja pada salah satu sisi dengan lebih kuat, sisi tersebut akan terlipat sesuai arah lipatan.

d) Lipatan Recumbent Fold

Terbentuk pada saat lipatan yang satu menekan sisi yang lain, menyebabkan sumbu lipat hampir datar.

e) Lipatan Overthrust

Terbentuk ketika tenaga tekan menekan satu sisi dengan kuatnya hingga menyebabkan lipatan menjadi retak.

f) Nappe

Terbentuk setelah lipatan overthrust rusak sepanjang garis retakan. Dalam perkembangannya, wilayah sinklinal maupun antiklinal mengalami proses perombakan oleh tenaga yang berasal dari luar Bumi. Contohnya, wilayah sinklinal mengalami perombakan sampai membentuk rangkaian pegunungan dan lembah berselang-seling yang selanjutnya disebut sinklinorium. Begitu pula dengan antiklinal yang terombak hingga terbentuk rangkaian pegunungan dan lembah yang selanjutnya disebut antiklinorium.

2) Patahan

Patahan terjadi ketika kulit Bumi yang bersifat padat dan keras mengalami retak atau patah pada saat terjadi gerakan orogenesa. Pada patahan, massa batuan mengalami pergeseran titik atau tempat yang semula bertampalan (kontak) kemudian berpindah lokasi (dislocated/displaced). Gerakan ini menimbulkan terjadinya patahan dengan gaya tekan (compression) dan gaya regangan (tension). Ekspresi topografi dari adanya patahan sangat beraneka ragam, antara lain gawir sesar, triangle facet, lembah sesar, fault, rift, graben, horst, dan basin (cekungan struktural). Pada perkembangannya, kenampakan ini mengalami perubahan akibat tenaga endogen. Ciri adanya patahan dapat kamu kenali dari adanya perbedaan ketinggian yang mencolok. Di Indonesia, beberapa patahan dapat kamu jumpai di Semangko (Sumatra) dan Piyungan (Yogyakarta).

 

c. Dampak Tektonisme

Dinamika Bumi oleh tenaga tektonisme akan memberi dampak pada banyak hal. Dampak nyata dapat langsung dilihat pada muka Bumi yang terpengaruh secara langsung. Pergeseran kerak Bumi mendorong terbentuknya berbagai jenis pegunungan dan cekungan sedimen. Lebih lanjut terjadinya tekanan, regangan, dan deformasi pada kerak Bumi (pengangkatan, amblesan, retakan, patahan, serta lipatan) didukung dengan adanya gaya gravitasi Bumi akan menimbulkan terjadinya erosi, longsoran, dan sedimentasi. Dari proses yang terjadi ini dapat menimbulkan bencana alam yang mengakibatkan kerugian materiil, harta benda, dan nyawa.

Beberapa dampak di atas dapat digolongkan sebagai dampak negatif. Ada juga dampak positif yang ditimbulkannya, meskipun terkadang banyak orang tidak menyadari. Kantong-kantong minyak dan gas alam banyak ditemukan di lipatan-lipatan dan sesar-sesar batuan yang kondisinya memenuhi syarat. Salah satunya terdapat di sisi utara maupun selatan rangkaian pegunungan yang melintasi Pulau Jawa.